Cara dan Pola Makan Rasulullah, Supaya Hidup Sehat


Makan merupakan salah satu kegiatan yang setiap hari kita lakukan. Kebanyakan kita makan tiga kali sehari, saat pagi hari sebelum memulai aktivitas atau yang dikenal dengan sarapan, siang hari, dan juga malam hari menjelang kita istirahat malam.

Tentu kita makan dengan berbagai macam cara dan pola. Tiap orang pastilah berbeda-beda caranya, ada yang makan sedikit saja saat sarapan. Makan porsi besar ketika siang hari, dan sedikit makan pada malam hari. Tapi ada juga yang tiap makan pasti selalu dengan porsi yang besar.

Dengan berbagai macam cara makan tersebut, terus cara mana yang benar sih? Sebagai umat Islam, kita memiliki teladan dalam hal apapun, termasuk salah satunya masalah makan ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan bagaimana seharusnya kita makan. Mulai dari porsi makan, cara makan, makan menggunakan tangan apa, posisi duduk ketika makan, dan berbagai macam contoh yang sudah tentu memiliki manfaat.

Berikut ini beberapa hal yang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan tentang makan.

1. Rasulullah Makan dengan Tangan Kanan

Kita diajarkan makan dan minum menggunakan tangan kanan, dan melarang kita minum memakai tangan kiri. Selain merupakan ajaran Rasulullah, makan menggunakan tangan kanan juga sesuai dengan kebiasaan di negeri Indonesia.

Dalam sebuah hadits, ada seorang anak yang diperintahkan makan dengan mengucapkan bismillah terlebih dahulu dan makan menggunakan tangan kanan. Seperti yang diceritakan oleh Umar bin Abi Salamah radhiallahu’anhuma,

Sewaktu aku masih kecil, saat berada dalam asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pernah suatu ketika tanganku ke sana ke mari (saat mengambil makanan) di nampan. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku: “wahai bocah, ucaplah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu, serta ambil makanan yang berada di dekatmu”. (HR. Bukhari no.5376, Muslim no.2022)

Selain untuk makan, menggunakan tangan kanan juga diperintahkan ketika kita sedang minum. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma,

“jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya” (HR. Muslim no. 2020).

Dengan adanya perintah tersebut, maka sudah sepatutnya kita melakukannya jika tidak ada halangan. Dan dengan meniatkan makan dengan tangan kanan sebagai melakukan perintah Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tentu kita akan mendapat kebaikan dari hal tersebut.

2. Sunnah Makan 3 Jari

Selain diperintahkan makan menggunakan tangan kanan, ada sunnah lain, yaitu makan dengan tiga jari. Makan menggunakan tiga jari merupakan sunnah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Ka’ab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.” (HR Muslim no. 2032 dan lainnya)

Makan dengan tiga jari ini ada maksud dan tujuannya, seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Utsaimin,

“Dianjurkan untuk makan dengan tiga jari, yaitu jari tengah, jari telunjuk, dan jempol, karena hal tersebut menunjukkan tidak rakus dan ketawadhu’an. Akan tetapi hal ini berlaku untuk makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari. Adapun makanan yang tidak bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari, maka diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari tiga jari, misalnya nasi. Namun, makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari maka hendaknya kita hanya menggunakan tiga jari saja, karena hal itu merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Syarah Riyadhus shalihin Juz VII hal 243)

Sunnah ini tentu akan mudah dilakukan ketika kita makan makanan yang bentuknya padat, seperti roti, kurma, atau makanan lain. Tetapi, misalnya kita makan nasi atau makanan berkuah, tentu akan sangat sulit jika menggunakan tiga jari. Oleh karena itu, kita diperbolehkan menggunakan lebih dari tiga jari.

3. Duduk di Atas Kaki Kiri?
Cara duduk Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika makan adalah dengan tidak bersandar. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits,

Abu Juhaifah mengatakan, bahwa dia berada di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah berkata kepada seseorang yang berada di dekat beliau, “Aku tidak makan dalam keadaan bersandar.” (HR Bukhari)

Bersandar dalam hadits di atas maksudnya adalah segala posisi duduk yang bisa disebut duduk sambil bersandar, tidak terbatas pada posisi duduk tertentu. Makan dengan bersandar dimakruhkan karena posisi tersebut merupakan duduknya orang yang akan makan dengan lahap.

Ibnu Hajar mengatakan, “Jika sudah disadari bahwasanya makan sambil bersandar itu dimakruhkan atau kurang utama, maka posisi duduk yang dianjurkan ketika makan adalah dengan menekuk kedua lutut dan menduduki bagian dalam telapak kaki atau dengan menegakkan kaki kanan dan menduduki kaki kiri.” (Fathul Baari, 9/452)

Jadi kita disunnahkan untuk makan tidak sambil bersandar, adapun makan dengan posisi duduk menegakkan kaki kanan dan menduduki kaki kiri, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hasan bin al-Muqri dalam kitab Syama’il. Dalam riwayat tersebut dikatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam menekuk lutut kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Akan tetapi, sanad hadits tersebut didha’ifkan oleh al-‘Iraqi dalam takhrij Ihya’ Ulumuddin, 2/6.

4. Baca Doa Sebelum dan Setelah Makan
Sebelum melakukan suatu hal, kita disunnahkan untuk membaca doa, begitu pula jika ingin makan. Ada doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti dalam sebuah hadits,

“Umar bin Abu Salamah berkata; Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Ghulam, bacalah Bismilllah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu.” (HR. Al-Bukhari No. 4957)

Dari hadits di atas kita diperintahkan berdoa dengan membaca “bismillah” terlebih dahulu. Tetapi, ada juga doa yang berkembang di masyarakat yang bacaannya cukup panjang,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّار
(Ya Allah berkahilah rizki yang telah Engaku berikan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka)

Bacaan tersebut ternyata riwayatnya dinilai da’if (lemah) karena dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Muhammad bin Abi al-Zu’aizi’ah. Menurut al-Bukhari dan Abu Hatim al-Razi, orang ini banyak menriwayatkan hadis-hadis mungkar (hadis-hadis da’if).

Sedangkan ketika selesai makan, kita juga diperintahkan berdoa sebagaimana yang tertulis di dalam sebuah hadits,

Dari Abu Umamah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika selesai dari makan, sekali waktu dengan lafadz, ‘jika mengangkat lambungnya, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahiladzii kafaanaa wa arwaanaa ghaira makfiyin wa laa makfuurin (Segala puji hanya milik Allah yang telah memberi kecukupan kami dan menghilangkan rasa haus, bukan nikmat yang tidak dianggap atau dikufuri) ‘, dilain waktu dengan lafadz, ‘Alhamdulillahi rabbinaa ghaira makfiyin wa laa muwadda’in wa laa mustaghnan rabbanaa (Segala puji hanya milik Allah Rabb kami, bukan pujian yang tidak dianggap dan tidak dibutuhkan oleh tuhan) ‘.” (HR. Al-Bukhari No. 5038)

Tetapi ada juga hadits yang ada di dalam riwayat Abu Dawud, al-Tirmidzi dan Ibn Majah dari Abu Said al-Khudri diterangkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila selesai makan beliau membaca,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِين
(Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makan dan minum kepada kami dan menjadikan kami sbagai kaum muslimin)

Doa ini cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia, riwayat dalam hadis ini dinilai da’if (lemah) karena sanadnya lemah dan terdapat perawi yang tidak disebutkan namanya (majhul).
5. Doa Ketika Lupa Baca Doa Makan
Sebagai manusia pastilah kita sering salah dan lupa, ketika makan ada kalanya lupa untuk membaca doa sebelum makan. Tapi tenang, ternyata ada bacaan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika kita membaca doa sebelum makan. Ada satu hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”.” (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)

6. Pola Makan Rasulullah
Selain makan dengan tangan kanan, posisi duduk, dan membaca doa, ada juga contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu pola makan yang beliau lakukan.

Jika diberikan pilihan, tentu kita akan lebih baik mengikuti junjungan umat Islam. Sebab, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan kita. Teladan agar hidup menjadi sehat, berkah, dan tentu saja yang kita kerjakan menjadi amal kebaikan.

Ada beberapa gambaran tentang pola makan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari berbagai riwayat yang dapat kita percaya.

Saat pagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terlebih dahulu bersiwak untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi. Hal ini karena gigi dan mulut merupakan salah satu sistem yang sangat penting dalam proses makan.
Pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sarapan dengan segelas air dingin yang dicampur dengan satu sendok madu asli.
Memasuki waktu dhuha atau menjelang siang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasanya mengonsumsi tujuh buah kurma ajwa.
Ketika sore, menu yang disantap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah cuka dan minyak zaitun, serta makanan pokok berupa roti.
“Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Saus yang paling enak adalah cuka.”

Abdullah bin `Abdurrahman berkata: “Saus yang paling enak adalah cuka.”

(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin ‘Askar dan ‘Abdullah bin’Abdurrahman,keduanya menerima dari Yahya bin Hasan,dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin Urwah, dari bapaknya yang bersumber dari ‘Aisyah R.A.)

“Rasulullah saw bersabda: “Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.”

(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ‘Abdullah bin ‘Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha’, yang bersumber dari Abi Usaid r.a.)

Saat malam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengonsumsi sayur-sayuran. Ada beberapa riwayat yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mengonsumsi al makki dan sanut. Menurut Prof. Dr. Musthofa, kedua makanan tersebut, di Mesir disebut dengan sabbath dan ba’dunis.
Ketika malam tiba, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak langsung tidur setelah makan. Beliau biasanya beraktivitas terlebih dahulu supaya apa yang dimakan dapat masuk lambung dengan cepat dan baik, sehingga akan mudah dicerna.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering kali berolahraga, kadang beliau olahraga sambil bermain dengan anak dan cucu-cucunya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat tidak menganjurkan untuk begadang. Sehingga, beliau tidak suka untuk berbincang-bincang dan makan setelah isya. Biasanya beliau akan segera tidur lebih awal agar bisa bangun lebih awal.
Dengan menjalankan pola yang diajarkan, kita akan menyamakan pola tersebut dengan irama biologis tubuh, yaitu siklus pencernaan di dalam tubuh manusia.

7. Makanan Kesukaan Rasulullah

Ada banyak hadits yang menyebutkan tentang makanan yang sering dimakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut ini ada beberapa hadits yang menggambarkan apa yang biasa dimakan beliau.

“Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Saus yang paling enak adalah cuka.”
Abdullah bin `Abdurrahman berkata : “Saus yang paling enak adalah cuka.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin `Askar dan `Abdullah bin`Abdurrahman,keduanya menerima dari Yahya bin Hasan,dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin Urwah, dari bapaknya yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

“Rasulullah saw bersabda : “Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ` Abdullah bin `Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha’, yang bersumber dari Abi Usaid r.a.)

“Nabi saw memakan qitsa dengan kurma (yang baru masak).”(Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al Farazi, dari Ibrahim bin Sa’id, dari ayahnya yang bersumber dari `Abdullah bin Ja’far r.a.)

“Sesungguhnya Nabi saw memakan semangka dengan kurma (yang baru masak)”(Diriwayatkan oleh Ubadah bin `Abdullah al Khaza’i al Bashri, dari Mu’awiyah bin Hisyam,dari Sufyan, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

8. Pola Hidup Sehat Rasulullah
Selain pola makan yang harus kita perhatikan, kebiasaan untuk hidup sehat juga harus dijalankan. Contohlah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu hidup sehat.

Beliau selalu bangun sepertiga malam untuk melaksanakan shalat tahajud. Tentu kita sudah sering mendengar tentang manfaat juga bangun di sepertiga malam dan menjalankan shalat tahajud.

Untuk dapat bangun lebih awal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu tidur lebih awal. Setelah isya, beliau akan segera istirahat agar malam harinya dapat bangun lebih awal. Selain itu, beliau juga suka berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuh.







Sumber : https://jubah.id/cara-dan-pola-makan-rasulullah/

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==